Saturday 23 June 2012

pesanan Adam untuk Hawa


Assalamualaikum warahmatullahitaalawabarakatuh....

Ku teruskan bicara buatmu, Hawa...Semoga kehadiran warkah ini tidak akan mengocak kedamaian dan ketenangan hatimu...

HAWA...
Sekali lagi kesedihan menyelubungi hati ini.Hawa..ke mana hilangnya sopan santun dan rasa hormatmu terhadapku?Kalau dulu,untuk mengucapkan sebaris kata di hadapan kusekalipun,kau hanya menundukkan pandanganmu dan menyusun kata sebaik-baiknya dan seatur mungkin.Namun hari ini, suatu kebiasaan jika ku perhatikan malumu kian lenyap!Antara kita seolah-olah tiada lagi hijab yg menghalang dan kau bisa menyapaku tanpa segan-silu...malu itu selayaknya kau punyai, tapi apa yg terjadi kini???



HAWA..
Apa yg membimbangkanku, kedaan ini biasa menjadikan kita makin hampir mengetepikan tuntutan perintah Allah. Pergaulan yg kukira tidak wajar antara muslimin dan muslimat menenggelamkan ku dalam kekalutan perasaan,terlalu bimbang kiranya suatu hari nanti menjadi kebiasaan jika dilihat kaummu dan kaumku bisa seiringan tanpa ada batasnya lagi....

HAWA..
Mengapa tidak kau semaikan rasa malumu dalam hatimu??Mengapa hawa yg kukenal dulu tidak lagi selembut dulu?..Tidak seperti dulu?? Tutur kata yg petah,alunan suara yg lantang,mengheret aku ke dalam kesedihan yg berpanjangan..Kau bisa ku samakan dengan tema-temanku yg lain dan...jika keadaan ini berterusan,suatu hari nanti,Hawa akan menguasai dunia dan Adam hanyalah penyeri saja..Dulu,kusanjung tinggi peradabanmu yg kiranya dibandingkan dengan kaum mu di luar sana.Tapi kini, kepercayaanku kian luntur tatkala kulihat batas-batasmu kian memudar, dan sedarlah Hawa, dirimu adalah wanita yg menyimpan setinggi-tinggi maruah...Lantaran itu,usah terlalu ghairah denganku,kau Adam dan kita mempunyai benteng yg teguh....janganlah dirobohkan...

HAWA...
Fahamilah...ku tak ingin kau terlalu menonjol diri,kerana bagiku hawa adalah sebutir mutiara yg terlalu mahal harganya.Terus terang kukatakan duhai hawa,bukan kemarahanmu kupinta,bukan sapaanmu yg menggembirakan diriku, tapi mengertilah Hawa,ku mahu kau pelihara kesopananmu dan maruahmu jangan kau perdagangkan.

HAWA...
Jika bersua muka,tundukkan pandanganmu.Perlahankan suaramu dan usahlah kau terlalu tampilkan dirimu meskipun naluri kita saling memerlukan.Ingatlah Hawa, batas-batas pergaulan di antara kita,itulah yg harus dijaga...

HAWA...
Peliharalah tingkah lakumu tak kira di mana-mana saja.Walaupun aku tidak mampu untuk terus menerus memimpin dirimu seandainya kau tersilap langkah,tapi dengarlah Hawa,aku mahu kau sedar!! Sedar yg dirimu bisa terhumban di persada kehancuran jikalau dikau membiarkan dirimu hanyut dengan pergaulan bebas di kala ini.Kaumku, Adam tidak ingin dunia ini dimamah laknat allah lantaran dosa yg kita titipkan...

HAWA...
Sekian dulu untuk kali ini.Ketahuilah dunia Hawa.......aku amat merindui dirimu yang dulu....Wassalam....








taken from........my Computer....

Tuesday 5 June 2012

sedekah yang paling murah

salam..............


Abu Yazid Al Busthami, pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut. Dengan murung lelaki itu mengadu,"Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya masih bermunajat. Isteri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki , Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?"

Sang Guru menjawab sederhana, "Perbaiki penampilanmu dan ubahlah roman mukamu. Kau tahu, Rasulullah adalah penduduk dunia yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya." Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya. Wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah.


Sebagaimana kata Rasulullah,"Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan."Namun demikian tidak berarti Islam mengajarkan kemewahan. Islam justeru menganjurkan kesederhanaan. Baik dalam berpakaian, merias tubuh maupun dalam sikap hidup sehari-hari. Nabi sendiri jubahnya seringkali sudah luntur warnanya tapi senantiasa bersih. Umar bin Khattab walaupun jawatannya kalifah, pakaiannya sangat sederhana dan bertambal-tambal. Tetapi keserasian selalu dijaga. Sikapnya ramah, wajahnya senantiasa mengulum senyum bersahabat. Roman mukanya berseri.


Tak heran jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, awal keberhasilan suatu pekerjaan adalah roman muka yang ramah dan penuh senyum. Bahkan Rasulullah menegaskan, senyum adalah sedekah paling murah tetapi paling besar pahalanya. Demikian pula seorang suami atau seorang isteri. Alangkah celakanya rumah tangga jika suami isteri selalu berwajah tegang. Sebab tak ada persoalan yang diselesaikan dengan mudah melalui kekeruhan dan ketegangan. Dalam hati yang tenang, pikiran yang dingin dan wajah cerah, Insya Allah, apapun persoalannya nescaya dapat diatasi. Inilah yang dinamakan keluarga sakinah, yang didalamnya penuh dengan cinta dan kasih sayang.









---get from somewhere--- 


p/s : senyumlah jika engkau ingin orang lain tersenyum kepadamu..:))))